Minggu, 29 Agustus 2010

10 Karma Baik dan 10 Karma Buruk

Dalam kitab suci Tipitaka umat Buddha diajarkan untuk melakukan 10 (sepuluh) Jenis perbuatan baik / Karma Baik dan dilarang untuk melakukan 10 jenis perbuatan buruk / Karma Buruk. Selain itu umat Buddha juga sangat dilarang untuk melakukan 5 bentuk perbuatan jahat / karma buruk yang paling berat atau karma celaka. Dengan melakukan 10 jenis karma baik maka kita akan mendapatkan karma yang baik pula, namun jika kita melakukan 10 jenis karma buruk, maka kita akan memetik buah yang buruk pula. Terlebih jika kita melakukan 5 bentuk celaka karma maka kita akan memetik buah dari karma ini lebih berat dari karma buruk apapun.


10 jenis perbuatan baik / karma baik

1. Gemar beramal dan bermurah hati, akibatnya adalah diperolehnya kekayaan dalam kehidupan ini atau kehidupan yang akan datang.

2. Hidup bersusila, akibatnya adalah penitisan dalam keluarga luhur yang keadaannya bahagia.

3. Sering melakukan meditasi, akibatnya adalah penitisan di alam bahagia.

4. Berendah hati dan hormat, akibatnya adalah penitisan dalam keluarga luhur

5. Berbakti, akibatnya akan diperoleh penghargaan dari masyarakat

6. Cenderung untuk membagi kebahagiaan kepada orang lain.

7. Bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain, akibatnya adalah menyebabkan terlahir dalam lingkungan yang menggembirakan.

8. Sering mendengarkan Dharma, akibatnya adalah berbuah dengan bertambahnya kebahagian.

9. Gemar menyebarkan Dharma, akibatnya adalah berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan

10. Meluruskan pandangan orang lain yang keliru, akibatnya berbuah dengan diperkuatnya keyakinan.


10 (Sepuluh) Jenis Karma Buruk.
1. Pembunuhan, akibatnya pendek umur, berpenyakitan, senantiasa dalam kesedihan karena terpisah dari keadaan atau orang yang dicintai, dalam hidupnya senantiasa berada dalam ketakutan.

2. Pencurian, akibatnya kemiskinan, dinista dan dihina, dirangsang oleh keinginan yang senantiasa tidak tercapai, penghidupannya senantiasa tergantung kepada orang lain.

3. Perbuatan asusila, akibatnya mempunyai banyak musuh, beristri atau suami yang tidak disenangi, terlahir sebagai pria atau wanita yang tidak normal perasaan seks-nya.

4. Berdusta, akibatnya menjadi sasaran penghinaan, tidak dipercaya khalayak ramai.

5. Bergunjing, akibatnya kehilangan teman-teman tanpa sebab yang berarti.

6. Kata-kata atau ucapan kasar dan kotor, akibatnya sering didakwa yang bukan-bukan oleh orang lain.

7. Omong kosong, akibatnya bertubuh cacat, berbicara tidak tegas, tidak dipercaya oleh khalayak ramai.

8. Keserakahan, akibatnya tidak tercapai keinginan yang sangat diharap-harapkan.

9. Dendam, kemauan jahat/niat untuk mencelakakan makhluk lain, akibatnya rupa buruk, macam-macam penyakit, watak tercela.

10. Pandangan salah, akibatnya tidak melihat keadaan yang sewajarnya, kurang bijaksana, kurang cerdas, penyakit yang lama sembuhnya, pendapat yang tercela.


5 (Lima) Bentuk Karma Buruk Terberat / Karma Celaka:
Lima perbuatan durhaka berikut ini mempunyai akibat yang sangat berat ialah penitisan di alam neraka.

1. membunuh ibu,
2. membunuh ayah,
3. membunuh orang suci, Arahat, Bodhisattva,
4. melukai seorang Buddha,
5. menyebabkan perpecahan dalam Sangha (hanya berlaku untuk para bhiksu yang mematuhi vinaya secara taat).

Fakta Kehidupan; Oleh: Ven. Narada Maha Thera

Kita hidup dalam dunia yang tidak seimbang. Dunia yang tidak seluruhnya berisi bunga mawar atau pun seluruhnya berduri. Bunga mawar itu lembut, indah dan harum, tetapi tangkainya penuh dengan duri. Bagaimanapun, orang tidak akan meremehkan bunga mawar karena ada duri-durinya.

Bagi orang yang optimis, dunia ini seluruhnya berisi bunga mawar, bagi seorang yang pesimis, dunia in seluruhnya berduri. Tapi untuk seorang realistis, dunia ini tidak seluruhnya berisi bunga mawar ataupun seluruhnya berduri. Baginya dunia berisi keduanya, bunga mawar yang indah dan duri-duri yang tajam.

Orang yang mengerti tidak akan terbius oleh keindahan bunga mawar, tapi ia akan melihatnya sebagaimana adanya. Dengan mengetahui dengan baik sifat dari duri-duri, ia pun akan melihat mereka sebagaimana adanya dan akan berhati-hati agar tidak terluka.

Bagaikan bandul yang terus menerus bergoyang ke kiri dan kanan, empat keadaan yang diinginkan dan empat keadaan yang tidak diinginkan terus berlangsung di dunia ini. Setiap orang dalam hidupnya tanpa kecuali akan menghadapi keadaan-keadaan ini. Keadaan ini adalah keuntungan dan kerugian, terkenal akan kebaikan dan terkenal akan keburukan, pujian dan celaan, kegembiraan dan kesedihan.
Justify Full
Keuntungan Dan Kerugian

Pengusaha, sesuai hukumnya , akan mengalami keuntungan maupun kerugian. Adalah hal yang wajar bahwa seorang akan merasa puas diri ketika ia memperoleh keuntungan. Dalam hal ini tidak ada yang salah. Keuntungan baik legal maupun ilegal menghasilkan kenikmatan dalam jumlah tertentu yang dicari oleh umat manusia biasa.

Tanpa saat-saat yang menyenangkan, bagaimanapun singkatnya, hidup tak akan berarti. Dalam dunia yang kacau dan penuh persaingan, adalah benar bahwa orang hendaknya menikmati beberapa jenis kegembiraan yang menyenangkan hatinya. Kegembiraan ini, walaupun secara materil, akan membantu meningkatkan kesehatan dan umur penjang.

Masalah akan timbul jika kerugian terjadi. Keuntungan diterima dengan gembira, tapi tidak demikian halnya dengan kerugian. Kerugian sering menyebabkan penderitaan batin dan kadang kala usaha bunuh diri dilakukan karena karena kerugian yang tidak tertanggulangi. Dalam situasi yang berlawanan inilah, seseorang hendaknya menunjukkan keberanian moral yang tinggi dan mempertahankan keseimbangan batin yang baik. Kita semua pernah mengalami jatuh dan bangun dalam perjuangan hidup. Seseorang hendaknya menyiapkan diri menghadapi yang baik maupun yang buruk, sehingga ia tidak terlalu kecewa.

Ketika sesuatu dicuri, orang umumnya merasa sedih. Tetapi dengan merasa sedih, ia tidak akan dapat mengganti kehilangannya. Ia hendaknya menerima kehilangan itu secara filosofis. Hendaknya ia memiliki sikap yang murah hati dengan berpikir: "Si pencuri lebih membutuhkan barang tersebut daripada saya, semoga ia berbahagia." Pada masa Sang Buddha, seorang wanita bangsawan mempersembahkan makanan kepada Yang Ariya Sariputra dan beberapa orang bhikkhu. Ketika melayani mereka, ia menerima pesan yang menyatakan bahwa suatu musibah telah terjadi pada keluarganya. Tanpa menjadi cemas, dengan tenang ia menaruh pesan itu dalam kantung di pinggangnya dan melayani para bhikkhu seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Seorang pelayannya yang membawakan guci berisi mentega(terbuat dari susu kerbau India) untuk dipersembahkan kepada para bhikkhu, secara tidak disengaja tergelincir dan memecahkan guci yang dibawanya. Mengira bahwa sang wanita akan merasa sedih karenanya , Yang Ariya Sariputra menghiburnya dengan berkata bahwa segala sesuatu yang dapat pecah suatu saat pasti akan pecah. Sang wanita berkata, "Bhante, apalah artinya kehilangan yang tak berarti ini? Saya baru saja menerima pesan yang menyatakan suatu musibah telah menimpa keluarga saya. Saya menerima hal itu tanpa merasa kehilangan keseimbangan batin saya. Saya melayani anda semua walaupun ada berita buruk tersebut."

Ketabahan semacam ini yang dimiliki wanita tersebut sungguh sangat terpuji. Suatu saat Sang Buddha pergi mencari sedekah di suatu desa. Karena campur tangan Mara, Sang Buddha tidak memperoleh makanan. Ketika Mara menanyakan apakah Sang Buddha merasa lapar, Sang Buddha dengan agung menerangkan sikap mental mereka yang telah terbebas dari kekotoran batin, dan menjawab, "Ah, betapa bahagianya kita yang hidup terbebas dari kekotoran batin. Sebagai pemberi kebahagiaan, kita bahkan dapat disamakan dengan para dewa di alam cahaya."

Pada kesempatan lain, Sang Buddha dan para muridnya berdiam selama musim hujan di suatu desa atas undangan seorang brahmana yang ternyata benar-benar lupa akan tugasnya untuk memenuhi kebutuhan Sang Buddha dan Sangha. Selama tiga bulan, walaupan Yang Ariya Monggalana rela berkorban untuk mendapatkan makanan dengan kekuatan batinnya, Sang Buddha tidak mengeluh, dan merasa puas atas rumput makanan kuda yang ditawarkan oleh seorang penjual kuda.

Seseorang yang tidak beruntung harus berusaha untuk menerima kenyataan secara dewasa. Sungguh sayang, orang menghadapi kerugiannya seringkali secara kelompok dan tidak sendirian. Ia harus menghadapinya dengan ketenangan dan memandangnya sebagai suatu kesempatan untuk menumbuhkan kebajikan yang mulia.

Terkenal Akan kebaikan Dan Terkenal Akan Keburukan

Terkenal atas hal yang baik dan terkenal atas hal yang buruk adalah pasangan keadaan lain yang tidak terhindarkan, yang kita hadapi dalam kehidupan kita sehari-hari. Terkenal karena hal yang baik kita terima, terkenal karena hal yang buruk sangat kita benci. Terkenal karena hal yang baik menggembirakan hati kita, terkenal karena hal yang buruk menyedihkan kita. Kita ingin menjadi terkenal. Kita mendambakan foto kita terpampang di surat kabar. Kita sangat gembira ketika kegiatan kita, bagaimanapun tidak berartinya, dipublikasikan. Kadang kala kita bahkan menginginkan publikasi yang berlebihan.

Banyak orang ingin melihat fotonya di majalah, seberapapun biayanya yang harus dikeluarkannya. Untuk mendapatkan kehormatan, sebagian orang menawarkan hadiah atau memberikan sumbangan besar kepada orang yang berkuasa. Demi ketenaran, sebagian orang memamerkan kedermawanan mereka dengan memberikan sedekah kepada seratus orang bhikkhu atau lebih, tetapi mungkin mereka sama sekali tidak memperdulikan penderitaan orang miskin dan orang yang membutuhkan di lingkungan sekitar mereka. Seseorang dapat mendenda dan menghukum orang yang sangat kelaparan, yang untuk menghilangkan rasa laparnya mencuri sebutir kelapa di kebunnya, tetapi ia tidak ragu-ragu untuk mempersembahkan seribu butir kelapa untuk mendapatkan nama baik.

Inilah kelemahan-kelamahan manusia. Kebanyakan orang memiliki maksud terselubung. Orang yang tidak egois yang bertindak tanpa terpengaruhi oleh perasaannya sangatlah jarang di dunia ini. Kebanyakan orang yang terikat keduniawian memiliki maksud terselubung. Siapakah orang yang sempurna? Berapa banyak orang yang memiliki maksud yang benar-benar murni? Berapa banyak orang yang benar-benar tidak mementingkan diri sendiri dan mendahulukan kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain?

Kita tidak perlu memburu ketenaran. Jika kita benar-benar pantas untuk menjadi terkenal, ketenaran akan datang kepada kita tanpa perlu dicari. Kumbang akan tertarik pada bunga yang berisi madu. Bunga sendiri tidak mengundang kumbang.

Tentu saja, kita tidak hanya merasa senang tapi juga sangat bahagia ketika ketenaran kita tersebar. Tetapi kita harus menyadari bahwa ketenaran, kehormatan, dan kekuasaan hanyalah bersifat sementara. Mereka dapat menghilang begitu saja.

Bagaimana dengan ketenaran akan keburukan? Hal ini tidak enak didengar dan mengganggu pikiran. Kita pasti gelisah ketika kata-kata tentang reputasi buruk kita menusuk telinga. Perasaan sakit akan lebih hebat ketika laporan tersebut tidak adil dan fitnah belaka.

Umumnya diperlukan waktu bertahun-tahun untuk mendirikan gedung yang megah. Dalam satu atau dua menit, dengan senjata penghancur modern, dengan mudah gedung itu runtuh. Kadang kala diperlukan waktu bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup untuk membangun reputasi yang baik. Dalam waktu singkat nama baik yang diperoleh dengan susah payah itu hancur. Tidak ada orang yang terlepas dari kata penghancur yang dimulai dengan kata 'tetapi'. "Ya, ia orang baik, dia melakukan ini dan melakukan itu," tetapi reputasi yang baik ini diperburuk dengan kata 'tetapi'. Anda mungkin hidup sebagai seorang Buddha tetapi anda tidak akan terlepas dari kritik, serangan, dan hinaan.

Sang Buddha adalah guru yang paling dikenal dan paling sering difitnah dalam masanya. Orang-orang besar sering kali dikenal, walaupun kadang kala mereka dikenal bukan karena hal-hal yang baik. Beberapa orang yang membenci Sang Buddha menyebarkan desas-desus bahwa seorang wanita sering bermalam di vihara. Setelah gagal dalam upaya ini, mereka menyebarkan fitnah diantara penduduk bahwa Sang Buddha dan para muridnya membunuh wanita tersebut dan menyembunyikan mayatnya di timbunan sampah bunga-bunga layu dalam vihara. Para penghasut akhirnya mengakui bahwa merekalah pelakunya.

Ketika misi bersejarah-Nya berhasil dan banyak orang meminta ditahbiskan oleh-Nya, para musuh memfitnah-Nya, dengan berkata bahwa Beliau merebut putra dari para ibu, memisahkan para istri dari suami mereka, dan bahwa Beliau menghambat kemajuan negara.

Gagal dalam usaha-usaha untuk menghancurkan sifat-Nya yang mulia, Sepupu-Nya sendiri Devadatta, murid-Nya yang iri, berusaha membunuh-Nya dengan menggulingkan batu dari atas, tetapi gagal. Jika demikian menyedihkannya nasib Sang Buddha yang sempurna dan tidak bersalah, bagaimanakah nasib dari manusia biasa yang tidak sempurna?

Semakin tinggi anda mendaki bukit, semakin mudah anda terlihat dan tampak dalam mata orang lain. Punggung anda terlihat, tapi bagian depan tersembunyi. Dunia mudah menemukan kesalahan, menunjukkan kegagalan dan keraguan anda, tetapi mangabaikan kebajikan anda yang lebih mudah terlihat. Kipas perontok merontokkan sekam tapi tetap membiarkan padinya, sebaliknya saringan mempertahankan ampas yang kasar dan membiarkan sari buah yang manis mengalir. Orang yang bermoral mengambil bagian yang halus dan menghilangkan bagian yang kasar, Orang yang tidak bermoral memgambil bagian yang kasar, tapi menghilangkan bagian yang halus.

Ketika anda difitnah, secara sengaja atau tidak, ingatlah nasehat dari Epictus, untuk berpikir atau berkata, "O, dengan pengenalannya yang terbatas dan pengetahuannya yang sedikit tentang saya, saya hanya sedikit dikritik. Tetapi jika ia mengenal saya lebih baik, maka lebih serius dan lebih hebatlah tuduhan yang ditujukan kepada saya.

Tidaklah perlu menghabiskan waktu memperbaiki laporan-laporan palsu kecuali jika keadaan memaksa anda membuat suatu penjelasan. Musuh anda akan senang ketika ia melihat anda terluka. Inilah yang sesungguhnya diharapkannya. Jika anda acuh saja, tuduhan itu akan menghilang dengan sendirinya.

Dengan melihat kesalahan orang lain, hendaknya kita berlaku seperti orang buta. Dalam mendengar kritikan yang tidak adil kepada orang lain, hendaknya kita berlaku seperti orang tuli. Dalam membicarakan keburukan orang lain, hendaknya kita berlaku seperti orang bisu.

Adalah tidak mungkin untuk menghentikan tuduhan, laporan, maupun desas-desus yang salah. Dunia ini penuh dengan duri dan kerikil. Adalah tidak mungkin untuk memindahkan seluruhnya. Tapi, jika kita harus berjalan melewati rintangan tersebut, daripada mencoba memindahkannya, lebih baik memakai sepasang sandal dan berjalan tanpa terluka.

Dharma mengajarkan: Berlakulah seperti seekor singa yang tidak takut akan suara apapun. Berlakulah seperti angin yang tidak terikat oleh jaring. Berlakulah seperti bunga teratai yang tidak terkotori oleh lumpur dimana ia tumbuh. Berkelanalah sendiri bagaikan seekor badak. Sebagai raja rimba, singa tidak memiliki rasa takut. Secara alamiah singa tidak dapat ditakuti oleh geraman dari binatang lain. Dalam dunia ini, kita dapat mendengar laporan palsu, tuduhan yang tidak benar, dan kata-kata hinaan. Seperti seekor singa, kita hendaknya tidak mendengarkannya. Seperti sebuah bumerang, semua akan kembali ke tempat asalnya. Anjing menggonggong tapi kafilah tetap berlalu.

Kita hidup dalam dunia yang berlumpur. Begitu banyak bunga teratai muncul dari lumpur tanpa terkotori dan menghiasi dunia. Bagaikan bunga teratai kita hendaknya mencoba menjalani kehidupan yang tidak tercela dan mulia, tidak memperdulikan lumpur yang mungkin dilemparkan kepada kita.

Kita hendaknya mengharapkan lumpur yang dilemparkan kepada, bukan bunga mawar. Dengan demikian kekecewaan tidak akan terjadi. Walaupun sulit, kita hendaknya berusaha mengembangkan ketidakterikatan. Kita datang sendiri dan kita akan pergi sendiri. Ketidakterikatan adalah suatu kebahagiaan di dunia ini.

Tanpa memperdulikan fitnahan, kita hendaknya berkelana sendiri melayani orang lain dengan seluruh kemampuan kita. Hal yang agak aneh bahwa orang-orang besar telah difitnah, dicemarkan namanya, diracun, disalib atau ditembak. Socrates yang agung telah diracun. Yesus Kristus yang mulia telah disalibkan. Mahatma Gandhi yang tidak bersalah telah ditembak. Apakah berbahaya untuk menjadi orang yang terlalu baik? Ya, selama hidup mereka dikritik, diserang, dan dibunuh. Setelah kematiannya, mereka dipuja dan dihormati. Orang-orang besar tidak peduli akan kemahsyuran ataupun namanya tercemar. Mereka tidak marah ketika dikritik atau difitnah karena mereka bekerja bukan untuk nama baik atau kemahsyuran. Mereka tidak peduli apakah orang menghargai jasa mereka atau tidak. Mereka memiliki hak atas kerja mereka, tapi tidak atas buah yang diperolehnya (kritik dan hinaan).

Pujian Dan Celaan

Adalah hal yang wajar untuk menjadi bersemangat ketika dipuji dan menjadi tertekan ketika dicela. Dari sudut pandang duniawi, satu kata pujian dapat berdampak luas. Dengan sedikit pujian, bantuan dapat diperoleh dengan mudah. Satu kata pujian cukup untuk menarik pendengar sebelum seseorang berbicara. Jika pada awalnya seorang pembicara memuji pendengar, ia akan didengarkan. Jika ia mengkritik pendengar pada awalnya, tanggapan yang diperolehnya tidak akan memuaskan.

Orang yang bermoral tidak menggunakan sanjungan untuk mendapatkan bantuan, dan juga tidak mengharapkan untuk disanjung-sanjung oleh orang lain. Orang yang pantas dipuji akan mereka puji tanpa rasa iri. Orang yang pantas dicela akan mereka cela tidak dengan merendahkan, tetapi dilandasi kasih sayang dengan tujuan untuk memperbaiki mereka.

Bagaimana dengan celaan? Sang Buddha bersabda, "Mereka yang banyak bicara dicela. Mereka yang sedikit bicara dicela. Mereka yang diam juga dicela. Di dunia tidak ada yang tidak dicela." Sebagian besar orang di dunia menyatakan bahwa Sang Buddha tidak disiplin, namun bagaikan seekor gajah di medan perang menahan semua panah yang ditembakkan kepadanya, Sang Buddha menahan segala hinaan.

Orang yang bermoral rendah dan jahat cenderung mencari keburukan orang lain, tetapi tidak akan mencari kebaikannya. Tidak ada orang yang sempurna baiknya. Sebaliknya tidak ada orang yang benar-benar jahat. Ada keburukan dari orang yang terbaik di antara kita. Ada kebaikan dari orang yang terjahat di antara kita.

Sang Buddha bersabda, "Ia yang berdiam diri bagaikan gong yang telah pecah ketika diserang, dihina, dan dikutuk, Saya sebut berada dalam Nibbana, walaupun ia belum mencapai Nibbana." Pada suatu kesempatan, Sang Buddha diundang oleh seorang brahmana untuk dijamu di rumahnya. Atas undangan itu, Sang Buddha berkunjung ke rumahnya. Namun bukan menjamu-Nya, brahmana tersebut mencaci maki-Nya dengan kata-kata kotor.

Sang Buddha dengan sopan bertanya, "Apakah tamu-tamu datang ke rumah anda, brahmana yang baik?" "Ya," jawab brahmana. "Apa yang kamu lakukan ketika tamu datang?" "Oh, kami akan menyiapkan jamuan yang mewah." "Jika mereka tidak datang?" "Wah, dengan senang hati kita menghabiskan jamuan tersebut." "Baiklah , brahmana yang baik. Anda mengundang saya untuk dijamu dan anda telah menjamu saya dengan caci maki. Saya tidak menerima apa-apa, silahkan anda mengambilnya lagi." Sang Buddha tidak membalas. Tidak membalas merupakan nasehat Sang Buddha. "Kebencian tidak dapat diatasi dengan kebencian tetapi hanya dengan kasih sayang saja kebencian itu reda," adalah ucapan mulia dari Sang Buddha.

Hinaan adalah hal yang biasa dalam kemanusiaan. Semakin banyak anda bekerja dan semakin hebat anda, anda semakin dihina dan dipermalukan. Yesus Kristus telah dihina, dipermalukan, dan disalibkan. Socrates dihina oleh istrinya sendiri. Istrinya selalu memarahinya. Suatu hari istrinya sakit dan tidak mampu melakukan tugas rutinnya yang galak. Socrates meninggalkan rumahnya hari itu dengan wajah yang sedih. Teman-temannya bertanya, "Anda seharusnya merasa gembira karena tidak memperoleh omelan yang tidak menyenangkan itu." "Oh, tidak! Ketika ia memarahi saya, saya memperoleh kesempatan yang baik untuk melatih kesabaran. Itulah alasan mengapa saya bersedih,"

Kegembiraan dan Kesedihan

Kebahagiaan dan kesedihan adalah faktor terkuat yang mempengaruhi umat manusia. Apa yang dapat ditahan dengan mudah adalah sukkha (kebahagiaan) , Apa yang sulit ditahan adalah dukkha (kesedihan). Dapatkah harta benda memberikan kebahagiaan sejati? Jika demikian, seorang milyuner tidak akan merasa frustasi akan kehidupannya. Di negara-negara maju, begitu banyak orang menderita penyakit mental. Mengapa hal ini terjadi jika harta benda saja dapat memberikan kebahagiaan?

Dapatkah kekuasaan akan seluruh dunia menghasilkan kebahagiaan? Alexander Agung, yang penuh dengan kemenangan berbaris menuju India, menaklukkan daerah-daerah di sepanjang perjalanannya, menarik nafas panjang karena tidak ada lagi daerah di bumi yang bisa dikuasai.

Kebahagiaan sejati ditemukan dalam diri kita, dan tidak dapat dinyatakan berdasarkan kekayaan, kekuasaan, kehormatan, atau penaklukkan wilayah. Apa yang menggembirakan bagi seseorang mungkin bukanlah kegembiraan bagi orang lain. Apa yang menjadi makanan dan minuman bagi seseorang mungkin merupakan racun bagi orang lain.

Menjalani hidup yang bebas dari tuduhan adalah satu dari sumber-sumber kebahagiaan terbaik bagi umat awam. Bagaimanapun, sangatlah sulit untuk memperoleh pandangan yang baik dari semua orang. Orang yang berpikiran mulia hanya peduli akan kehidupan yang tak tercela dan tidak peduli kepada tanggapan orang lain.

Kesedihan atau penderitaan datang dalam berbagai bentuk. Kita menderita ketika kita mengalami usia tua, yang sebenarnya merupakan hal yang wajar. Dengan ketenangan, kita harus menahan penderitaan karena usia tua. Lebih menyakitkan adalah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit. Bahkan sakit gigi yang teringan atau sakit kepala terkadang sulit untuk ditahan.

Ketika kita menderita penyakit, tanpa menjadi khawatir hendaknya kita dapat menahannya, betapapun sakitnya. Kita harus menghibur diri sendiri dengan berpikir bahwa kita telah lolos dari penyakit yang lebih parah. Seringkali kita berpisah dengan orang yang dekat dan kita sayangi. Kita hendaknya menyadari bahwa segala pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan. Kadangkala kita dipaksa berada dengan orang yang kita benci. Kita hendaknya menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru atau mencoba mengatasi rintangan tersebut.

Bahkan Sang Buddha, mahluk yang sempurna, yang telah menghancurkan segala kekotoran batin, harus menahan penderitaan fisik yang disebabkan oleh penyakit dan kecelakaan. Sang Buddha menderita sakit kepala terus menerus. Akibat Devadatta, kaki-Nya terluka oleh pecahan batu. Kadang kala Beliau terpaksa menahan rasa lapar. Karena ketidakpatuhan murid-murid- Nya, Beliau terpaksa beristirahat di hutan selama tiga bulan, dialasi daun-daun, menentang angin dingin, Beliau mempertahankan ketenangan yang sempurna. Di antara kesakitan dan kebahagiaan Beliau hidup dengan pikiran yang seimbang.

Ketika seorang ibu ditanya mengapa ia tidak menangisi kematian tragis putra tunggalnya, ia menjawab, "Tanpa diundang ia datang. Tanpa diberitahu ia pergi. Ia datang seperti ia pergi, mengapa kita harus menangis? Apakah gunanya menangis?" Kematian yang tidak terhindarkan menimpa kita semua tanpa kecuali, kita harus menghadapinya dengan ketenangan yang sempurna.

Sang Buddha bersabda: "Ketika tersentuh oleh kondisi duniawi, pikiran seorang Arahat tidak pernah terpengaruhi. "

Minggu, 22 Agustus 2010

Pelangi Suci Mirip Halo Buddha Terlihat di Atas Gunung Huang di China

Penampakan aneh berupa pelangi suci mirip halo Buddha terlihat di atas gunung Huang di provinsi Anhui China.

Fenomena aneh tersebut terjadi setelah hujan mengguyur gunung Huang sehingga menimbulkan pemandangan indah.

Pelangi adalah fenomena alam biasa yang terjadi akibat pengaruh optik atmosfer bumi. Penyebab munculnya pelangi adalah karena terjadi akibat refleksi difus dan difraksi iradiasi sinar matahari terhadap permukaan awan.

Warna-warni pelangi ini tampak seperti pelangi biasa. Yang membuatnya berbeda adalah ia memiliki bentuk lebih bulat sehingga tampak seperti halo yang digambarkan mengelilingi Buddha. Namun pada kepercayaan agama Buddha, sang Buddha memiliki halo berwarna putih,

Karena itu penduduk China menyebutnya dengan pelangi suci. Buddha dalam kepercayaan digambarkan memiliki lingkaran halo di kepalanya.
Halo adalah lingkaran cahaya aura yang mengelingi seseorang, biasanya dianggap sebagai ikon religi kesucian sang tokoh. Kepercayaan ini dianut oleh para penganut Buddhisme.

Pelangi Halo Buddha

Pelangi Aneh

Foto : pelangi suci mirip halo Buddha terlihat di atas gunung Huang di provinsi Anhui China

Halo Buddha

Halo Buddha

Sabtu, 21 Agustus 2010

BAGAIMANA MENCARI KEBENARAN

Sebuah rangkuman dari Kalama Sutta (Dasar Penyelidikan Bebas), sebuah panduan untuk mencari Kebenaran secara bijaksana, sebagaimana diajarkan oleh Buddha:

Semasa hidup-Nya, Buddha pernah datang ke desa yang dihuni oleh orang-orang Kalama. Suku Kalama termasuk kelompok orang yang paling cerdas dan cendekia di India. Mereka pergi untuk bertanya kepada Buddha, “Bagaimana kami tahu bahwa apa yang Anda ajarkan itu benar? Semua guru spiritual lain (ada lebih dari 60 kepercayaan agama pada masa itu) datang menyatakan bahwa hanya apa yang mereka ajarkan sajalah yang benar, bahwa semua ajaran lain tidaklah benar.”

Menanggapi hal tersebut, Buddha tersenyum lembut dan menjawab:
  1. Janganlah percaya begitu saja pada apa yang kalian dengar hanya karena kalian telah mendengar hal itu sejak lama.
  2. Janganlah mengikuti tradisi secara membuta hanya karena hal itu telah dipraktikkan sedemikian secara turun-temurun.
  3. Janganlah cepat terpancing desas-desus.
  4. Janganlah meyakini segala sesuatu hanya karena hal itu sesuai dengan kitab suci kalian.
  5. Janganlah membuat asumsi-asumsi secara bodoh.
  6. Janganlah tergesa-gesa menarik kesimpulan berdasarkan apa yang kalian lihat dan dengar.
  7. Janganlah terkecoh oleh penampakan-penampakan luar.
  8. Janganlah berpegang kuat pada pandangan atau gagasan apa pun hanya karena kalian menyukainya.
  9. Janganlah menerima segala sesuatu yang kalian pandang masuk akal sebagai fakta.
  10. Janganlah meyakini segala sesuatu hanya karena rasa hormat dan segan kepada guru-guru spiritual kalian.

Seyogianya kalian bisa mengatasi pendapat dan kepercayaan. Kalian bisa menolak segala sesuatu yang mana jika diterima dan dijalankan menyebabkan meningkatnya kemarahan (kebencian), keserakahan (nafsu keinginan), dan kegelapan batin (pandangan salah). Pengetahuan bahwa kalian marah, serakah, atau gelap batin tidak bergantung pada kepercayaan atau pendapat. Ingatlah bahwa kemarahan, keserakahan, dan kegelapan batin merupakan hal-hal yang tercela di seluruh dunia. Mereka tidak bermanfaat dan semestinya dihindari.

Sebaliknya, kalian bisa menerima segala sesuatu yang mana jika diterima dan dijalankan membawa pada Cinta Kasih tanpa syarat, kebercukupan, dan Kebijaksanaan. Hal-hal ini memungkinkan kalian pada setiap waktu dan tempat untuk mengembangkan pikiran yang bahagia dan penuh damai. Oleh karena itu, mereka yang bijaksana menjunjung Cinta Kasih tanpa syarat, kebercukupan, dan Kebijaksanaan.

Hal ini seyogianya menjadi kriteria kalian mengenai apa yang merupakan Kebenaran dan apa yang bukan; mengenai apa yang merupakan praktik spiritual dan apa yang bukan.”

Mendengar itu, orang-orang Kalama terpuaskan dan dengan hati dan pikiran yang terbuka, menganut semangat penyelidikan bebas, mendengarkan, bertanya, dan menerima ajaran Buddha dengan sepenuh hati.

Rabu, 18 Agustus 2010

Dua Orang Pengembara dan Seekor Beruang

Dua pengembara dan seekor beruang

Dua orang berjalan mengembara bersama-sama melalui sebuah hutan yang lebat. Saat itu tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar keluar dari semak-semak di dekat mereka.

Salah satu pengembara, hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengannya.

Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia sering mendengar bahwa beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal.

Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi.

Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.

"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu"

"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."

Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.

Minggu, 15 Agustus 2010

Patung-patung Buddha dari berbagai tempat di Dunia

1. Buddha Bamiyan, Afghanistan

Patung Budha ini adalah bangunan peninggalan umat Budha di Lembah Bamiyan, Afghanistan yang terdiri dari dua patung besar Budha. Diperkirakan patung-patung itu merupakan yang terbesar dan tertinggi di dunia.

Dahulu patung Budha Bamiyan dijadikan sebagai salah satu museum di sana dan didesain dengan perpaduan gaya antara seni Yunani ditambah Budha sendiri. Namun akibat rezim pemerintahan keras Taliban, patung-patung itu dirusak dan saat ini yang tersisa hanyalah gua-gua untuk para biksu dan beberapa sketsa lainnya.

2. Buddha Giant Leshan, China

Sebelum patung Buddha Bamiyan ditemukan, patung Buddha Giant di Kota Leshan, Sichuan, China merupakan patung terbesar dan tertinggi di dunia. Bahkan dijadikan sebagai salah satu situs warisan dunia oleh lembaga dunia UNESCO pada tahun 1996.

Patung Giant Buddha dibuat di area Gunung Emei yang telah diukir menyerupai sebuah patung Budha pada masa Dinasti Tang (618-907). Di bagian kaki gunung itu terdapat Sungai Qingyi yang mengalir cukup pelan.

3. Buddha Maitreya, China

Bangunan Patung Budha Maitreya dibuat di banyak negara. Mulai dari Korea, India, Jepang, Taiwan dan juga China. Bagi setiap pengunjung yang memilih datang ke China, maka ukiran patung Budha Maitreya bisa ditemukan di pegunungan batu Hangzhou China.

Menurut ajaran kitab suci Budha, Maitreya adalah penerus sejarah pendiri agama Budha Buddha Sakyamuni. Sedangkan berdasarkan dari literatur kanonik yang ditemukan dari semua ajaran sekte Budha, seperti Theravada, Mahayana dan Vajrayana, arti Maitreya adalah pernyataan tentang suatu peristiwa yang akan terjadi ketika Dharma akan dilupakan ke dalam Bumi.

4. Mahaparinirvana Stupa, Kushinagar, India

Kushinagar yang terdapat di Uttar Pradesh, India, ini merupakan tempat peristirahatan Sang Budha. Tempat ini merupakan salah satu situs ziarah penting bagi umat Budha.

Dua tempat yang paling sering dikunjungi di Kushinagar adalah Mahaparinirvana Stupa, yang dibangun di tempat Budha meninggal, dan tempat jenazah Budha dikremasikan. Jarak kedua tempat itu adalah 1,6 km. Dekat dengan Mahaparinirvana Stupa terletak patung Budha yang berusia 1500 tahun ketika mencapai Parinirvana.

Meski sudah terdapat stupa Mahaparinirvana dan patung Budha Parinirvana , di sana rencananya juga akan dibuat patung Budha lainnya yang bernama Maitreya. Patung Maitreya akan dibuat dari bahan perunggu setinggi 152 meter atau lebih tepatnya 500 kaki.

5. Chalong Big Budha, Thailand

Bagi pengunjung yang datang ke wilayah selatan Phuket, Thailand, maka akan menemukan patung Budha besar yang bernama Chalong Big Budha. Di samping patung setinggi 45 meter ini terdapat simbol gambar yang terbuat dari bahan kuningan. Biaya untuk membuat patung Budha Chalong memakan biaya sekitar 30 juta baht atau setara dengan Rp8,4 miliar.

Selama di area ini, para pengunjung juga bisa menyaksikan keindahan Kota Phuket dari ketinggian bukit

6. Daibutsu Todai-ji, Jepang

Di negari yang sebagian besar warganya beragama Shinto ini, ternyata juga ada patung besar Budha yang bernama Daibutsu Todai-ji. Patung ini dibuat di kuil Budha di Kota Nara, Jepang.

Kuil utama sekte Kegon ini didirikan pada abad ke-8 oleh Kaisar Shomu dan dibantu oleh seorang biksu yang bernama Roben.

Bangunan ini diperkirakan memiliki tinggi 100 meter dengan kelengkapan 7 tingkat pagoda di sebelah barat dan timur Daibutsu Todai-ji (Konkōmyo shitenno gokuku no tera). Di area ini juga terdapat aula Daibutsu yang bernama Daibutsuden.

7. Candi Borobudur, Indonesia

Nama candi yang satu ini merupakan kebanggan tersendiri bagi bangsa Indonesia serta masyarakat Yogyakarta, Magelang dan sekitarnya.

Selain dijadikan sebagai salah satu cagar budaya dunia, konstruksi bangunan Borobudur sendiri mengingatkan kita pada sejarah masa lampau di mana para penganut agama Budha (sekitar 800 Masehi) membangun candi itu saat pemerintahan dinasti Syailendra masih berkuasa.

Bangunan Candi Borobudur terdiri dari 5 tingkat, 504 patung Budha dan 1460 pigura yang sangat menarik.

8. Bodhgaya, India


Patung sekarang menjadi simbol tempat suci Bodhgaya, sebelah Mahabohdi Candi yang merupakan situs Warisan Dunia, dan menikmati kunjungan konstan peziarah dari seluruh dunia. Di antara orang lokal, dijuluki "80-kaki (25 meter) Patung Buddha."
Di bawah slogan "Spread sinar Buddha ke Seluruh Dunia," Daijokyo menghabiskan tujuh tahun pada pembangunan Patung Buddha Agung, mobilisasi total 120.000 tukang batu. Daya dorong terbesar untuk proyek raksasa ini adalah murni hati orang, yang ingin untuk perluasan lebih lanjut dari Buddhisme dari tempat kudus Bodhgaya, serta untuk mewujudkan perdamaian dunia.

9. Ushiku Daibutsu, Japan

Terletak di Ushiku, Jepang ini patung Buddha selesai pada tahun 1995. Ini adalah salah satu patung tertinggi berukuran lebih dari 120 meter. Patung ini dikenal sebagai Ushiku Arcadia yang menggambarkan Buddha

10. Fo Guang Shan, Taiwan

Fo Guang Shang terletak di pinggiran kota Kaoshiung. Ini adalah tempat Buddha terbesar di Kaoshiung County. Didirikan oleh Yang Mulia Master Hsing Yun pada tahun 1967, Fo Guang Shan adalah biara Budha terbesar di Taiwan. Selain kuil utama di Fo Guang Shan, daya tarik terbesar akan Tanah Agung Buddha, dikelilingi oleh 480 patung Buddha emas, pemandangan dikunjungi. Buddha Budaya Museum memiliki koleksi ribuan karya Buddhis modern dan kuno seni. Karya seni Buddhis yang tak ternilai berarti terampil untuk menarik orang untuk Budha.

11. Kamakura Great Buddha, Japan

Terletak di kuil Kamakura, Jepang candi ini terkenal dengan patung-patung Buddha (diabustu) dari era 1252.Patung tersebut adalah sekitar 13,35 meter dan berat sekitar 93 ton. Patung itu berongga, dan pengunjung dapat melihat interior.

12. Reclining Buddha, Bangkok

Ini patung Budha berbaring berlapis emas dan lebih dari 46 meter panjang yang memperingati Buddha melewati ke Nirvana. Mata patung itu dan kaki yang dihiasi dengan ukiran mutiara ibu, telapak kaki menampilkan 108 karakteristik keberuntungan Sang Buddha benar.

Kebajikan Sang Buddha

Seorang Bikkhu bernama Tissa terserang penyakit kulit yang berat. Sakitnya demikian parahnya sehingga ia di letakkan di luar vihara dan tiada seorang pun yang memperhatikannya..

Ketika sedang mengamati dunia dengan mata batin - Nya Sang Buddha melihat bikkhu yang terlantar itu.

Sang Buddha datang ke vihara itu. Dipanaskannya air untuk memandikan bikkhu itu. Dicucinya jubah Tissa dan dikeringkannya, kemudian dengan penuh kasih Sang Buddha memandikan Tissa.

Dengan mengenakan jubah yang kering, tubuh segar dan pikiran tenang, Tissa menerima ajaran Sang Buddha. Tissa kemudian mencapai kesucian..


Sang Buddha bersabda :
"Barang siapa merawat orang yang sakit dan menderita, berarti ia merawat diri-KU". _/|\_

Senin, 09 Agustus 2010

Buddhist Theravada

Theravada (Pāli: थेरवाद theravāda; Sansekerta: स्थविरवाद sthaviravāda); secara harafiah berarti, "Ajaran Sesepuh" atau "Pengajaran Dahulu", merupakan mazhab tertua Agama Buddha yang masih bertahan. Ditemukan di India. Theravada merupakan ajaran yang konservatif, dan secara menyeluruh merupakan ajaran terdekat dengan Agama Buddha pada awalnya, dan selama berabad-abad menjadi kepercayaan yang berkuasa di Sri Lanka (sekitar 70% dari penduduk ) dan sebagian besar benua di Asia Tenggara (Kambodia), (Laos), (Myanmar), (Thailand). Mazhab Theravada juga dijalankan oleh sebagian minoritas dari Barat Daya Cina oleh etnik Shan dan Tai), Vietnam (oleh Khmer Krom), Bangladesh (oleh etnik group dari Barua, Chakma, dan Magh), Malaysia dan Indonesia, dan yang belakangan ini mendapatkan lebih banyak popularitas di Singapura dan Negara Barat. Sekarang ini, mazhab Theravada dari Agama Buddha mencapai lebih dari 100 juta pengikut di seluruh dunia, dan dalam dekade terakhir ini mazhab Theravada telah menanamkan akarnya di Negara Barat dan di India

Wat Pa Maha Kaew, Kuil Yang Dibangun Dari Jutaan Botol





Wat Pa Maha Kaew di Thailand, kuil yang dibangun dari jutaan botol aneka bentuk. Berawal dari tahun 1984 di mana pendeta pendeta buddha mengumpulkan botol botol unik untuk menghias kuil mereka. Botol botol yang terkumpul itu kemudian ditata ternyata menjadi pemandangan menarik.

Akhirnya diputuskan membangun kuil dari botol2 kolek
si yang jumlahnya demikian banyak, bentuk dan warnanya pun aneka macam. Keadaan ini kemudian mendorong para pengunjung kuil untuk ikut menyumbangkan botol botol miliknya.Dari jutaan botol yg terkumpul itulah akhirnya berhasil dibangun kuil berikut bangunan pendukungnya. Bahkan botol jugalah yang menjadi dekorasi utama di dalam kuil. Sungguh pemandangan unik dan menarik.Kuil unik ini berada Provinsi Siasaket, 370 miles sebelah utara ibukota Thailand. Konaon jumlah botol untuk pembangunan seluruh kompleks mencapai 1,5 juta botol. Termasuk ruang kaca, krematorium bahkan toilet pun terbuat seluruhnya dari botol.

Jumat, 06 Agustus 2010

Kamis, 05 Agustus 2010

Bhikkhu Sangat Di Hormati Tetapi Tidak Di Tiru

Bhikkhu Sangat Di Hormati Tetapi Tidak Di Tiru



Bagi setiap umat Buddha, bhikkhu adalah figur yang sangat dihormati. Bhikkhu dianggap sebagai “simbol” dari kebajikan, simbol keluhuran Dhamma, dan tempat yang meminta nasihat. Kehidupan bhikkhu yang begitu sederhana, selalu berpijak pada peraturan kedisiplinan (vinaya) yang tinggi serta pengabdi yang tak mengenal pamrih ini benar-benar merupakan suri teladan yang sangat dihormati oleh setiap umat Buddha maupun anggota masyarakat yang lainnya.

Aturan-aturan kedisiplinan yang begitu ketat membuat kehidupan seorang bhikkhu menjadi sangat jauh dari segala bentuk kejahatan, tipu muslihat, kelicikan dan dengki. Mereka selalu berusaha untuk membasmi semua bentuk pikiran, ucapan dan perbuatan yang tidak baik dalam dirinya, dan selalu berusaha untuk membangkitkan nilai-nilai kebajikan dari dalam dirinya untuk kemajuan batinnya dan demi kepentingan masyarakat.

Mereka selalu memberikan bimbingan Dhamma, mencerdaskan umat Buddha agar bisa mengerti dan memahami Kebenaran yang diajarkan oleh Sang Buddha, membimbing kita semua agar selalu berjalan dalam Dhamma untuk mencapai kebahagiaan, serta selalu menjadi “kawan” terbaik yang bisa memberikan nasihat di setiap saat kita menghadapi berbagai problema kehidupan.

Oleh karena itu, seorang bhikkhu sangat dihormati oleh setiap umat Buddha. Dimanapun kita menjumpai satu atau beberapa orang bhikkhu, kita tak segan-segan untuk merangkapkan kedua tangan didepan dada – beranjali – sambil menundukkan kepala sebagai perwujudan rasa hormat yang mendalam. Bahkan tidak jarang kita membungkukkan badan, sehingga kepala menyentuh tanah untuk bernamaskara kepada seorang Bhikhu.

Begitu hormatnya seorang umat Buddha kepada bhikkhu, sehingga ia rela bersujud sampai kepala yang sangat dihormatinya itu menyentuh tanah. Umat Buddha sangat menghormati keteladanan yang telah ditunjukkan oleh para bhikkhu melalui praktek kehidupan yang sangat sederhana tetapi penuh dengan keluhuran.

“Bhikkhu memang sangat dihormati, tetapi bhikkhu sangat berbeda dengan guru. Kalau bagi masyarakat Jawa, “guru” itu digugu dan dituru, namun, seorang bhikku hanya digugu tetapi tidak ditiru.” Demikian petikan dari salah sebuah ceramah yang pernah disampaikan oleh Sri Pannavaro Sanghanayaka Thera, bhikkhu muda yang sangat mahir dalam membabarkan Dhamma.

Mengapa bhikkhu hanya digugu tapi tidak ditiru? Meskipun semua orang begitu menghormati bhikkhu, berapa persenkah diantara mereka yang mau meniru kehidupan seorang bhikkhu? Berapa orang diantara sekian juta umat Buddha di Indonesia yang bersedia menjadi bhikkhu? Bhikkhu memang dihirmati, disanjung dan bahkan disujuti, tetapi... masih terlampau sedikit umat yang mau “meniru” kehidupan bhikkhu.

Melepaskan Kebahagiaan Duniawi.

Banyak perbuatan baik yang bisa dilakukan oleh setiap orang. Misalnya berdana kepada mereka yang memerlukan, membangun rumah sakit, mengunjungi panti asuhan, menyokong ayah dan ibu, saling membantu jika ada yang menghadapi kesusahan, memaafkan kesalahan orang lain, dan lain-lain. Perbuatan-perbuatan bajik seperti ini sering kita lakukan dimana dan kapan saja.

Namun, ada satu jenis kebajikan yang mungkin akan sangat sulit dilakukan oleh setiap orang. Tidak semua orang dapat dan mampu melakukannya. Apalagi dalam zaman modern seperti sekarang ini, dimana setiap orang berusaha untuk memenuhi setiap keinginan untuk memuaskan diri pribadi.

Kebajikan yang sangat sulit dilakukan ini hanya dapat ditempuh dengan keinginan yang luar biasa kuatnya, keinginan yang bisa mengalahkan setiap ambisi. Keinginan ini sesungguhnya merupakan keinginan unuk mendapatkan sesuatu yang jauh lebuh besar dari apa yang bisa dicapai oleh mereka yang enggan menempuh kebajikan ini.

Apakah sesungguh perbuatan bajik yang sangat luar biasa ini?

Kebajikan ini tak lain adalah memutuskan semua keinginan duniawi, mengalahkan setiap godaan nafsu, untuk kemudian memasuki kehidupan sederhana yang sangat minim kebutuhannya – menjalankan kehidupan kebhikkhuan.

Tidak semua orang bisa melakukan kebajikan ini. Sebab terlalu banyak hal yang membelenggu dan mencegah umat manusia untuk memasuki dunia kebhikkhuan. Nafsu keinginan dan keterikatan pada hal-hal duniawi adalah faktor utama yang teramat sulit untuk dipatahkan.

Oleh karena itu, mereka yang mempunyai tekad yang kuat dan berhasil melangkah memasuki kehidupan kebhikkhuan, sesungguhnya merupakan orang-orang yang sangat gigih dan ulet dalam perjuangan moralnya. Orang seperti ini sangat langkah dalam dunia modern sekarang ini.

Dalam kitab suci Dhammapada ayat 103 tercantum sabda Sang Buddha:

“Walaupun seribu kali seseorang apat menakllukkan seribu musuh dalam satu pertempuran, namun orang yang bisa menaklukkan dirinya sendiri sesungguhnya merupakan penakluk terbesar.”

Setiap umat Buddha menyadari hal ini, sehingga mereka semua memberi hirmat yang sangat besar kepada setiap orang yang menjalankan kebhikkhuan. Mereka menghormati bhikkhu karena kemampuannya untuk melepaskan ikatan duniawi, karena kemurniannya dalam menjalankan peraturan hidup sederhana, dan karena bimbingan-bimbingan Dhamma yang diperoleh untuk menuju kebahagiaan.

Kegiatan Bhikkhu Sehari-hari.

Setiap bhikkhu memiliki kewajiban untuk mengembangkan batinnya sendiri dan membimbing dalam jalan yang benar. Di samaping melayani kebutuhan ritual, seorang bhikkhu harus tekun mempelajari Dhamma dan bermeditasi untuk mengembangkan kebijaksanaan, disamping menjalankan sejumlah peraturan kebhikkhuan.

Secara umum, corak kehidupan bhikkhu bisa dibedakan atas dua jenis, yaitu:

* Bhikkhu yang mengutama latihan yaitu para bhikkhu yan senang bermeditasi dihutan-hutan atau ditempat-tempat terpencil untuk mengembangkan kebijaksanaannya. Mereka umumnya hidup menyepi, jauh dari keramaian, dan hanya mengunjungi umat pada saat pindapata untuk menerima persembahan dana makanan.
* Bhikkhu yang mengutamakan pelayanan terhadap umat yaitu para bhikkhu yang hidup dalam lingkungan masyarakat. Ada yang menjadi guru agama, melayani kebutuhna umat untuk melakukan upacara ritual, menjadi penerjemah, ikut aktif dalam organisasi sosial keagamaan, dan lainlain.

Kedua kelompok bhikkhu ini mempunyai penekanan dalam praktik yang berbeda. Namun bukan berarti bahwa kelimpok yang satu tidak melayani masyarakat dan yang lainnya tidak pernah bermeditasi untuk mengembangkan batin. Kedua kelompok ini sama-sama harus melaksanakan praktik meditasi maupun pelayanan kepada masyarakat, hanya saja penekanannya berbeda.

Tak mungkin ada bhikkhu yang mengutamakan latihan kemudian hidup tanpa memerlukan umat. Ia tetap masih memerlukan partisipasi umat, dan ia masih tetap berkomunikasi dengan umat jika ada yang datang meminta nasihat kepadanya. Begitu pula, kelompok bhikkhu yang mengutamakan pelayanan kepada masyarakat pun harus memikirkan perkembangan batinnya. Ia harus tetap tekun menjalankan sila dan bermeditasi agar bisa tercapai cita-citanya sebagai bhikkhu.

Dalam sebuah vihara, biasanya terdapat semacam peraturan yang disepakati bersama oleh setiap bhikkhu sebagai jadwal kegiatan rutin. Pagi hari, biasanya mereka melakukan pembacaan paritta pagi dan melakukan meditasi sebelum tiba saat untuk sarapan pagi.

Setelah itu, para bhikkhu menerima umat/tamu, berbincang-bincang atau memberikan wejangan Dhamma. Ada bhikkhu yang memenuhi permintaan umat untuk membacakan paritta, ada pula yang belajar.membaca ajaran-ajaran Sang Buddha di perpusktaan, dan sebagainya.

Bhikkhu akan makan siang sekitar pukul 11-12 siang. Setelah berisirahat sebentar, para bhikkhu ada yangmenerima tamu, ada yang memberikan ceramah, ada yang mengajar di sekolah sebagai dosen, ada yang mengerjakan tugas organisasi, ada yang belajar Dhamma, dan lain-lain.

Menjelang malam hari, para bhikkhu kembali membacakan paritta senja dan melakukan meditasi. Malam hari biasanya para bhikkhu diundang untuk membacakan paritta di rumah-rumah duka, memberikan ceramah dalam kebaktian, dan sebagainya.

Pada setiap hari uposatha, para bhikkhu akan berkumpul di depan altar Sang Buddha di Uposathagara untuk mendengarkan pembacaan patimokkha (aturan kedisplinan), yang biasanya diawali dengan pemberitahuan atau saling meminta maaf atas pelanggaran-pelanggaran terhadap vinaya.

Sehari sebelum hari uposatha para bhikkhu melakukan dandakamma (mencukur rambut, kumis dan jenggot).

Bagi bhikkhu yang tinggal di kota-kota besar, kegiatan untuk melayani umat sering merupakan kegiatan terbanyak. Sebab tidak sedikit umat yang mengundang bhikkhu untuk kepentingan ritualnya, antara lain untuk pemberkatan rumah/usaha baru, menerima undangan makan, membaca paritta untuk orang sakit/ meninggal, dan lain-lain.

Disamping itu, tak jarang bhikkgu harus menjadi “pendengar” yang baik ats semua keluhan/penderitaan yang dialami oleh umat, kemudian berusaha untuk memberikan jalan keluarnya berdasarkan ajaran Sang Buddha. Entah disadari atau tidak, mayoritas umat Buddha pasti mengharapkan agar bhikkhu bisa membantunya untuk menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapinya, baik itu persoalan keluarga, dagang, hubungan antar manusia, dan sebagaianya.

Perilaku Umat Terhadap Bhikkhu

Di dalam Sigalovada Sutta, Sang Buddha berkata kepada seorang pemuda yang bernama Sivali:

“Dengan enam cara seorang bhikkhu akan melayani umat”

1. Mencegah mereka berbuat jahat.
2. Menganjurkan mereka berbuat kebajikan.
3. Mencintai mereka dengan penuh kasih sayang.
4. Mengajar sesuatu yang mereka belum pernah dengar.
5. Memperbaiki dan menjelasskan sesuatu yang mereka pernah dengar.
6. Menunjukkan jalan ke Nibbana.

Dan, dengan lima cara seorang umat akan melayani para bhikkhu:

1. Dengan perbuatan yang penuh kasih sayang.
2. Dengan ucapan yang ramah tamah.
3. Dengan pikiran yang penuh kasih sayang.
4. Dengan selalu membuka pintu untuk mereka.
5. Dengan memberikan keperluan hidup mereka.

Sang Buddha mengajarkan tentang perilaku timbal-balik antara bhikkhu dan umat./ Setiap bhikkhu mempunyai kewajiban terhadap umat, dan setiap umat pun harus melaksanakan kewajibannya kepada bhikkhu. Cara hidup yang saling menguntungkan, saling bantu-membantu, dan saling menyokong ini hendalnya selalu kita terapkan.

Kesediaan bhikkhu untuk selalu melayani umat membuat para bhikkhu semakin dekat di hati umat. Suasana keakraban tercipta lewat keramahan para bhikkhu. Lambat laun hal ini membuat umat semakin terbiasa dengan kebiasaan para bhikkhu. Sehingga keakraban ini kadang kala membuat umat menjadi lupa diri. Tanpa disadari sering terlontar ucapan-ucapan yang tidak pantas untuk disampaikan kepada seorang bhikkhu.

Misalnya: kata-kata “guyonan’ yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi teman sebaya, “Hei, Bhante.” “Dasarn, Bhante.” “Kesini dong, Bhante.” Dan masih banyak lagi contoh-contoh sapaan lain yang tapa sadar terlontar dari mulut umat yang akhirnya mengabaikan tata krama karena “merasa’ sudah cukup “akrab” dengan para bhikkhu.

Pernah suatu ketika, seorang ibu yang cukup lanjut usia datang ke sebuah vihara. Dengan muka yang cukup sedih dia masuk ke kuti. Kebetukan ada seorang bhikkhu di dalamnya. Dengan kesedihannya, ibu ini datang menghampiri bhikkhu seraya ingin memegang tangan bhikkhu untuk memberikans alam. Tentu saja bhikkhu ini buru-buru menghindar untuk mencegah “kontak” yang tidak perlu. Ketidak-tahuan membuat ibu ini berbuat demikian.

Ada lagi kasus lain yang pernah terjadi di sebuah vihara. Seorang gadis menelephon untuk minta bicara dengan seorang bhikkhu. Kebetulan bhikkhu itu tidak berada ditempat. Gadis ini denga kalimatnya yang cengene terus memaksaakan ingin bertemu dengan bhikkhu yang dicarinya.

Pantaskah tindakan ini bagi seorang umat yang menghormati bhikkhunya?

Disaat seseorang mengalami musibah, menghadapai persoalan atau mengalami depresi, seorang bhikkhu sering menjadi tempat untuk meminta bimbingan dan nasihat yang paling tepat. Umat yang demikian akan sering mengunjungi bhikkhu untuk berkonsultasi, dan bhikkhu pun akan selalu siap untuk membantu.

Lama kelamaan, umat akan semakin mengagumi bhikkhu. Ia akan melihat bhikkhu sebagai seorang insan yang sangat baik dan sangat bijaksana. Bhikkhu adalah orang yang penuh pengertian, yang bisa memahami kesulitan yang kita hadapi dan bisa membantu kita dalam suka dan duka.

Pandangan yang penuh kekaguman ini lambat laun akan berkembamng, berkembang, dan berubah, menjelam menjadi perasaan simpati, akhirnya berubah wujud menjadi “kemelekatan”. Beruntunglah kalau umat dan bhikkhu segera menyadari hal ini. Jarak tetap akan dijaga.

Namun, bagaimana kalau hal sebaliknya yang terjadi?

Bhikkhu pun Perlu Dukungan.

Hendaknya umat menyadari pengabdian seorang bhikkhu yang tanpa pamrih. Pelayanan bhikkhu terhadap umat seharusnya dibalas dengan perilaku yang baik dan sopan. Pengethuan umat tentang peraturan yang dijalankan oleh para bhikkhu mutlak diperlukan agar bisa membantu para bhikkhu dalam menjaga kemurnian sila.

Kelanggengan kebhikkhuan seseorang sangat diperlukan, baik oleh bhikkhu itu sendiri maupun oleh umat Buddha. Seorang bhikkhu perlu mempertahankan keteguhannya dalam menjalankan vinaya, agar cita-cita luhurnya bisa tercapai. Umat pun perlu mengusahakan agar setiap bhikkhu dapat hidup dengan layak, jauh dari segala godaan yang bisa mempengaruhi pratik kehidupan sucinya, sehingga para bhikkhu tetap bisa memberikan pelayanan ritual dan bimbingan Dhamma kepada kita semua.

Dengan sangat sulit untuk melepaskan ikatan keduniawian. Sangat sulit untuk melangkah memasuki dunia kebhikkhuan. Oleh karena itu, sangat langka bhikkhu yang baik di tanah air kita.

Dengan menyadari hal ini, dengan mengutamakan kepentingan orang banuyak, marilah kita ciptakan kondisi yang baik untuk seorang bhikkhu melaksanakan kehidupan sucinya. Mereka pun butuh dukunga moral dari setiap umat Buddha, sebagaimana kita membutuhkan bimbingan Dhamma dari mereka.

Selasa, 03 Agustus 2010

Daftar Nama Para Donatur Pembangunan Vihara Dhamma Mangala Ketapang Agustus-September

Ini adalah daftar nama para donatur sampai saat ini, nama donatur akan disesuaikan dengan aljabar demi memudahkan pencarian dan pendataan donatur baru, jika ada kesalahan penulisan nama, anda dapat menkonfirmasi ke nomor 081256550188 (Via Sms)
Mohon sertakan Kota Asal anda untuk pendataan, terima kasih.




Agus Susanto Lihin : Rp 300.089
Agustino : Rp 250.089
Ali Japar : Rp 260.089
Aliang dan Keluarga (Samarinda) : Rp 550.000
Amat Teri : Rp 50.000
Andrew Ho : Rp 5.000.000
Andy Karim "UD MAJU" : Rp 1.000.089
Arie Chandra : Rp 15.000.000
Arris Erdyanto : Rp 100.000
Baniati (Almh.) dan Keluarga : Rp 1.000.000
Benny Yonk dan Tio Lie Tjen : Rp 30.000.000
Burhan Adhyatma : Rp 1.500.000
Can Hak Khun dan Lie Pue Hun : Rp 15.000.000
Candra Djoharsjah : Rp 2.000.089
Cetiya Dhammamangala : Rp 4.000.000
Chang Li Nen dan Lina Bong : Rp 5.000.000
Chintya Noviani (Tangerang) : Rp 100.000
Ciu Ceng Ui : Rp 1.000.000
Cu Giok Eng : Rp 789.089
Cung Cit Hien : Rp 1.000.000
Cung Tung Lie : Rp 200.000
D. Henry Basuki (Semarang) : Rp 100.089
David Liu : Rp 200.089
Denny Santosa : Rp 50.000
Dharmayanto : Rp 250.089
Dhammadinna Sucarini : Rp 100.000
Dolly : Rp 500.089
Dr. Willy Japaris dan keluarga : Rp 500.000
Eddy Ramly : Rp 100.089
Eddy Suherman: Rp 100.000
Edy Wijaya : Rp 200.089
Elly,dkk Liong Lie Ching : Rp 500.000
Erika : Rp 20.000.000
Erly Kuwandy : Rp 10.000.089
Ferdinand Setiawan : Rp 100.089
Gow Lie Siang : Rp 1.000.000
Gow Ui Han : Rp 500.000
Gunawan Aldjawi : Rp 50.000
Gunawan Sunyawan : Rp 1.000.089
Gunawati : Rp 50.000
Hasan & Kel. (Tangerang) : Rp 200.008
Hendra TRD : Rp 250.000
Hendra Wijana : Rp 100.089
Heng Su Mang : Rp 500.000
Henry Gozali : Rp 250.089
Herman Wijaya : Rp 500.000
Hery Susanto : Rp 100.089
Ho Yong Hok : Rp 2.000.000
Hong Sui Kin : Rp 200.089
Indra (Alm.) dan para Leluhur : Rp 500.000
Irene : Rp 300.089
Japar Sutanto (Alm.) : Rp 500.000
Johan Widjaya : Rp 3.000.000
Karina Djuita H. : Rp 5.000.000
Karman Tjandra : Rp 150.089
Kevin L : Rp 500.089
Kheng Tjia Ngie : Rp 1.000.000
Khou Ui Tak : Rp 1.000.000
Kurniati : Rp 1.000.000
Kwa Ai Khiang : Rp 1.000.000
Kwee Ishwadi ( Alm.) : Rp 488.889
Lanny Suherman : Rp 1.000.000
Lay Bun Djin (alm.) : Rp 100.000
Lay Bun Kie : Rp 200.000
Lay Bun Po ( Leonardo Wibowo) Alm. : Rp 200.000
Lay Bun Sui (Romo Kusalo) & Lim Luan Tian : Rp 30.000.000
Lay Bun Tau (Hermanto Fajaray) : Rp 500.000
Lay Bun Tshung (Anthonio Fajaray) : Rp 5.000.000
Lay Djiu Hie (Alm.) : Rp 100.000
Lay Djiu Khong (Alm.) : Rp 100.000
Lay Djiu Pon (Alm.) dan Nyo Khim Ngo : Rp 5.000.000
Lay Nyian Chiang (Alm.) : Rp 200.000
Lay Nyian Chiung (Tantomo Fajaray) : Rp 5.000.000
Lay Nyian Bie : Rp 250.000
Lay Nyian Fhun : Rp 100.000
Lay Nyian Ho (Teddy Fajaray) : Rp 5.000.000
Lay Nyian Hui ( Alm. Edy Fajaray) : Rp 500.000
Lay Nyian Khiat : Rp 500.000
Lay Nyian Khiun : Rp 500.000
Lay Nyian Pok : Rp 200.000
Lay Nyian Siu : Rp 500.000
Lay Nyian Su : Rp 2.000.000
Lay Sie Fhung ( Alm.) : Rp 500.000
Lay Shie Khonz (Ardy Kurnia Fajaray) : Rp 200.000
Lay Shie Khiunz ( Wiwin Fajaray) : Rp 200.000
Lay Shie Khienz ( Prayogo Fajaray) : Rp 200.000
Lay Shie Khongz ( Patrick Fajaray) : Rp 200.000
Lay Siu Ha : Rp 500.000
Lay Siu Him : Rp 500.000
Lay Siu Khian (Alm.) : Rp 100.000
Lay Siu Khie (Alm.) : Rp 100.000
Lay Siu Khim: Rp 500.000
Lay Siu Khin : Rp 500.000
Lay Siu Phin : Rp 200.000
Lay Sue Ce (Tuti Marinus Lailani) : Rp 50.000
Lay Sue Chui ( Susi Fajaray) : Rp 150.000
Lay Sue Khaw ( Rince Candhani) : Rp 200.000
Lay Sue Men ( Arita) : Rp 50.000
Lay Sue Pue (Martania Marinus) : Rp 50.000
Lay Sue Siam : Rp 500.000
Lay Sue Yong : Rp 50.000
Lay Susanny : Rp 250.089
Leluhur Keluarga Lim : Rp 200.089
Lia Natali Sjaiful : Rp 50.089
Liang Lan Ching : Rp 2.000.000
Lie Chai Hiong : Rp 1.000.000
Lie Hui Khun : Rp 300.000
Lie Kok Seng : Rp 50.089
Lie Mang Chiu : Rp 5.000.000
Lie Theng An : Rp 300.000
Lie Tjie Kiat : Rp 100.089
Lim David : Rp 200.089
Lim Hak Hong : Rp 200.000
Lim Hak Swan : Rp 1.000.000
Lim Handy : Rp 200.089
Lim Hang Seng dan Lay Siu Him : Rp 1.000.000
Lim Hie Swan : Rp 100.000
Lim Linna : Rp 488.888
Lim Lip Khiong : Rp 5.000.089
Lim Peng Cuan : Rp 3.000.000
Lim Poh Hun : Rp 1.000.000
Lim Sun Kui : Rp 250.000
Lim Tek Tong : Rp 500.000
Lim Tjiauw Siang : Rp 5.000.000
Liong Lie Ching : Rp 100.008
Lisawati : Rp 50.089
Lok Ui Piang & Tan Chui Leng : Rp 1.000.000
Lucky Coason : Rp 200.000
Maggacaro dan Chai Bue Khiauw : Rp 30.000.000
Marthendy Mangala Putta : Rp 600.000
Mery : Rp 500.000
Minarni dan Keluarga : Rp 500.000
Mudita Sucarita : Rp 100.000
Ng Pue Kheng : Rp 2.000.000
Njo Phie Nio (Alm) : Rp 5.000.000
NN (RG) : Rp 30.000.000
NN : Rp 200.000
NN : Rp 1.000.000
Nyo Gap Phio : Rp 100.000
Nyo Hiap Pue : Rp 500.000
Nyo Hiap Theng (Eric Martoyo) : Rp 10.000.089
Nyo Khai Seng : Rp 2.000.000
ParamitaYosodara : Rp 100.000
Peng Chuan An (Alm.) & Lim Hong Cheng (Alm.) : Rp 1.000.000
PT Pesaguan Alam Raya : Rp 40.000.000
Pun Tet Khiong : Rp 100.000
Rajikin Karmawan : Rp 1.000.089
Robby Sejahtera Motor (Jambi) : Rp 200.089
Rumah Burung Walet 'Duta Oil : Rp 1.000.000
Santyoso Tio : Rp 15.000.000
Seny Dan Keluarga : Rp 500.000
She Fung Iljas : Rp 500.089
Siany : Rp 100.089
Staven Lim Borneo Elektro : Rp 1.888.888
Sudih Yati : Rp 100.000
Suhartono : Rp 500.089
Sunyata,ST : Rp 200.089
Surianto : Rp 150.000
Susanto Bong (Ashin) : Rp 1.000.000
Susi Tantani : Rp 200.089
Tan Chi Ui : Rp 2.000.000
Tan Djie Hong & Kel. : Rp 50.088.000
Tan Hen Li : Rp 5.000.000
Tan Hian Tong : Rp 200.000
Tan Ing Ing ( Silvi Susanti ) : Rp 100.000
Tan Khiam Pheng : Rp 5.000.000
Tan Kim Hua dan Tio Lek Hua : Rp 35.000.000
Tan Mui Kheng : Rp 2.000.000
Tan Peng Khuang & The Siam Cheng : Rp 1.000.000
Tan Sok Ngim : Rp 200.000
Tan Sok Ling : Rp 100.000
Tan Suan Nio (Alm.) :Rp 188.889
Tan Sui Lay : Rp 1.000.000
Tan Ui Sio : Rp 1.000.000
T. Tampu Bolon : Rp 100.000
Thomas / Aheng : Rp 500.000
Tio Hui Suan : Rp 1.000.000
Tio Ui Ling : Rp 250.000
Tio Ui Shin : Rp 1.000.000
Tjan Tjoei Sim : Rp 100.089
Tjhin Jiu Sang : Rp 30.000
Tjio Yoop Wangsa : Rp 20.000
Toko Hasil Laur : Rp 100.000
Vera Jessica Tjian : Rp 150.178
Wandy : Rp 300.000
Wiske Laksdien : Rp 100.089
Wismin : Rp 10.000.089
Wong Tung : Rp 10.000
Wong Sin Kiau (alm) : Rp 500.000
Yoceline & Wilson & Jason : Rp 250.000
Yodi Tantra : Rp 1.000.000
Yohan Liau : Rp 100.089
Yuliantie : Rp 50.089





Biaya Pembangunan : Rp 1.611.326.979,42
Dana yg terkumpul : Rp 492.656.664,00

Dana yang Masih diperlukan : Rp 1.118.897.226,42

Bagi anda yang ingin berdana dapat ditransfer ke rekening panitia pembangunan Vihāra Dhammamaṅgala :
Bank BCA Cabang Ketapang
No rek : 8955016897
A/N LAI BUNSUI atau THEN KWET FAM
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi :

Romo Kusalo Lai Bun Sui 0811572529 / 081256550188
Balakalyano Then Kwet Cung 081352063635
Mangala Putta Then Kwet Fam 085245954233


DANANCA DHAMMACARIYANCA,ETAM MANGGALA MUTTAMAN
BERDANA DAN MEMPRAKTIKKAN DHAMMA,ITULAH BERKAH UTAMA


Sabbe Satta Bhavantu Sukhitta

NB : mohon untuk menambahkan angka 89 pada dana utk memudahkan pengecekan.
contoh : Rp 100.089,- bagi yang sudah mentransfer mohon memberitahukan nama donator dan
jumlah dana ke 081256550188 (mohon via sms aja).nama donator akan kami update terus dan bisa dilihat di www.dhammamangala.blogspot.com
Bila ada yg sudah mentransfer dan namanya tidak ada pada daftar donator mohon untuk mengkonfirmasi ulang ke no 081256550188.

Senin, 02 Agustus 2010

Kata Sambutan Sangha Theravada Indonesia


SAṄGHA THERAVĀDA INDONESIA
Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jl. Agung Permai XV/12, Jakarta 14350. Telp (021) 64716739. Faks (021) 6450206.
Vihara Mendut, Kotakpos 111, Kota Mungkid 56501, Magelang. Telp / Faks (0293) 788564.






SAMBUTAN

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
Māvamaññetha puññassa, na mantaṃ āgamissati;
Udabindunipātena, udakumbhopi pūrati;
Dhīro pūrati puññassa, thokaṃ thokampi ācinaṃ.

Janganlah meremehkan kebajikan walaupun kecil, dengan berkata:
perbuatan bajik ini tidak akan memberi akibat.
Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang dijatuhkan tetes demi tetes,
demikian pula orang bijaksana sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kebajikan.
(Dhammapada 122)

Pembangunan sebuah wihara merupakan salah satu upaya perwujudan keyakinan umat Buddha terhadap Buddha, Dhamma, dan Sangha. Selain dijadikan sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan keyakinan (saddhā) terhadap Tiratana, wihara juga dapat dipergunakan untuk melatih perilaku susila (sīla), mengembangkan sikap berkorban (cāga), dan meningkatkan kualitas mental bijaksana (paññā). Empat ajaran kebenaran itu sangat diperlukan untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari umat Buddha yang ingin berbahagia di hari esok.

Saṅgha Theravāda Indonesia turut menyambut dengan penuh muditā-citta kehendak luhur untuk membangun Viharā Dhammamaṅgala, yang terletak di Jalan Lingkar Kota, Kota Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.

Viharā Dhammamaṅgala, Kota Ketapang, berada di bawah pembinaan Dhamma dari Saṅgha Theravāda Indonesia. Karena itu kami berharap agar kehendak luhur pembangunan Viharā Dhammamaṅgala perlu didukung dan dibantu oleh umat Buddha serta para donatur sekalian sehingga cita-cita luhur itu dapat segera terpenuhi. Dukungan dan bantuan umat Buddha serta para donatur merupakan wujud nyata pemenuhan kesempatan berbuat bajik (kusala-kamma). Semoga pahala kebajikan luhur itu mengondisikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi hidup Anda.

Selamat membangun Viharā Dhammamaṅgala, semoga harapan umat Buddha Ketapang dapat segera terwujud dengan mudah sebagai berkah kebajikan umat Buddha sekalian.

Semoga Tiratana selalu melindungi.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia

Kota Mungkid, 1 Juli 2010

SAṄGHA THERAVĀDA INDONESIA




Bhikkhu Jotidhammo, Mahāthera
Ketua Umum / Saṅghanāyaka

Kata Sambutan Y.M. Bhikkhu Sri Subalaratano Mahāthera

Sambutan
Y.M. Bhikkhu Sri Subalaratano Mahāthera


“ Mudita - Katha “


Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
Sukha Saddhapatittha, kebahagiaan timbul dari keyakinan.


Ketika Boddhisatta mulia, Siddharta mulai berjuang mencari Penerangan Sempurna, Beliau dengan tekad dan keyakinan meninggalkan istananya yang megah dan mewah.
Tujuannya hanya satu, ingin mencari jalan yang dapat membebaskan manusia dari dukkha. Akhirnya Bodhisatta berhasil, dan menjadi seorang Sammasambuddha.

Sesungguhnya usaha apa pun tidak akan sukses, tanpa didasari dengan keyakinan.
Oleh karena itu, didasari keyakinan Umat Buddha di Kabupaten Ketapang mulai berjuang membangun sarana ibadah/ Viharā.
Segala kendala, mulai dari mendapatkan lahan, perizinan dari pemerintah sampai persetujuan lingkungan, telah dapat diatasi.

Sekarang tiba saatnya Umat Buddha Kab. Ketapang, Kal – Bar mulai dengan pembangunan Viharā.
Usaha mulia ini mari kita dukung dengan ikut partisipasi dalam Dana Pembangunan.
Maka kesempatan menabur benih kebajikan ini jangan disia-siakan.

Kami yakin dengan uluran Dana dari Umat Buddha, para Dermawan dan para Simpatisan, Viharā ini bisa segera dibangun

Dananca dhammacariyanca, Etam manggala muttamam
Berdana dan Mempraktikkan Dhamma, itulah berkah utama.
Selamat melakukan kebajikan.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta.







Bhikkhu Sri Subalaratano Mahāthera
(Upa-Sanghapamokkha STI)


Minggu, 01 Agustus 2010

PROPOSAL PENGGALANGAN DANA

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa,

Berkembangnya Budhha Dhamma di Kota Ketapang,Kalimantan Barat dimulai saat kedatangan 2 orang Bhikkhu dari Sāngha Theravāda Indonesia (Bhikkhu Dhammasubho Mahāthera dan Bikkhu Cittagutto Thera) pada tanggal 23-24 Maret 2004 atas undangan dari Sdra.Marthendy/Mangala Putta.Setahun kemudian Cetiya Dhammamaṅgala berdiri,berkat kemurahan hati bapak Tjiu Djin Tjong/Ibu Lie Mang Leng yg meminjamkan rumah.

Enam tahun telah berlalu dan selama itu pula umat Buddhist Theravāda diketapang menggunakan rumah Bapak Tjiu Djin Tjong sebagai tempat ibadah.mengingat jumlah umat yg terus bertambah dan Cetiya yang terlalu sempit terutama saat ada perayaan atau kegiatan maka umat Theravāda diketapang berencana untuk membangun sebuah Vihāra yaitu Vihāra Dhammamaṅgala.

Vihāra Dhammamaṅgala akan dibangun diatas tanah yg dihibahkan oleh seorang dermawan (Bpk Benny Yong) kepada Yayasan STI.Pembangunan sebuah Vihāra merupakan salah satu upaya perwujudan keyakinan umat Buddha terhadap Buddha,Dhamma dan Sāngha.Vihāra Dhammamaṅgala,kota Ketapang,berada dibawah pembinaan Dhamma dari Sāngha Theravāda Indonesia. Mengingat pembangunan Vihāra akan menelan biaya yang sangat besar (estimasi biaya1,6 M) maka kami segenap panitia pembangunan Vihāra Dhammamaṅgala sangat membutuhkan dukungan dan bantuan dari seluruh umat Buddha serta para dermawan agar kehendak luhur pembangunan Vihāra Dhammamaṅgala bisa berjalan dengan lancar.


Berikut adalah susunan PANITIA PEMBANGUNAN VIHĀRA DHAMMAMAṄGALA :

Pelindung : Sāngha Theravāda Indonesia.

Penasehat : Bhikkhu Sri Paññavaro Mahāthera.
Bhikkhu Sri Subalaratano Mahāthera.
Bhikkhu Cittagutto Thera.
PMd.Dr.Ali Fuchih Siauw,MBA,M.Repro,Sp.And.

Pengawas : Supala Then Tjun Bong
Jinnaputto Tjiu Tjin Tjong
Maggacaro Lim Tau Heng
Ketua Umum : Bhikkhu Thitayañño Thera

Ketua Pelaksana : PMd.Kusalo Lai Bun Sui

Wakil Ketua I : Benny Yonk

Wakil Ketua II : Balakalyano Then Khet Cung

Sekretaris : PMd.Gandahko Sartono Halim,S.H

Sekretaris I : Silacariyo Then Khet Hiung

Sekretaris II : Titik suhartinah,S.Ag.

Bendahara : Mangala Putta Then khet Fam

Bendahara I : Tio Lie Tjen

Bendahara II : Khema Lim Luan Tian

Logistik : Padipo
Gunadipo Andreas Cristianto
Dhammacariyo Then Khet Syao
Sucito Tjung Tjit Hian
Uttaro Wiwin Fajarai
Dhammabalo
PMd.Kusalo Lai Bun Sui

Seksi Usaha Dana : Daudy Gunadi (Jakarta)
Robby Djan (Jakarta)
Venty Widyasari ( Jakarta)
Lie Po Kong ( Jakarta)
Heryanto ( Jakarta)
Gunasaro ( Jakarta)
Hermanto,S.T ( Jakarta)
Parwanto (Semarang)
Kundha Mutiara,SE. ( Denpasar)
Rudy Gunawan ( Makassar)
Yanto ( Makassar)
Ng Tong Heng ( Pontianak)
Neky,S.T ( Pontianak)
Edy Hartono
Adhigunadharo/Henry Chen
Balakalyano Then Khet Cung
Manggala Putta Then Khet Fam
PMd.Gandhako Sartono Halim,S.H
PMd.Kusalo Lai Bun Sui
Lim Tong Meng

ESTIMASI TOTAL KESELURUHAN BIAYA PEMBANGUNAN VIHARA :

1. DHAMMASALA 519.567.000
2. KUTI 266.455.000
3. GEDUNG SERBA GUNA 194.695.000
4. KAMAR TAMU 190.990.000
5. PAGAR 251.074.000
6. POS SATPAM 42.061.000
7. BIAYA KONSULTAN,PENGAWASAN (10%) 146.484.000

TOTAL 1.611.326.000

Demikianlah susunan panitia Pembangunan Vihāra Dhammamaṅgala.Kami segenap pengurus dan panitia sangat mengharap dukungan dan bantuan umat Buddha serta para donator agar pembangunan Vihāra Dhammamaṅgala dapat berjalan dengan sukses.Dukungan dan bantuan yang diberikan merupakan wujud nyata pemenuhan kesempatan berbuat baik (Akusala Kamma).untuk itu kami sangat mengharapkan kemurahan hati dari segenap umat Buddhist dan dermawan untuk ikut membantu menggalang dana demi kesuksesan tujuan dan cita2 luhur ini.

Dana dapat disalurkan langsung ke :

SEKRETARIAT PENGURUS CABANG : MAJELIS AGAMA BUDDHA INDONESIA
KETAPANG – KALIMANTAN BARAT
Jln.Letjen.MT.Haryono no. 118,78812

ATAU dapat ditransfer ke rekening panitia pembangunan Vihāra Dhammamaṅgala :
Bank BCA Cabang Ketapang
No rek : 8955016897
A/N LAI BUNSUI atau THEN KWET FAM
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi :

Romo Kusalo Lai Bun Sui 0811572529 / 081256550188
Balakalyano Then Kwet Cung 081352063635
Mangala Putta Then Kwet Fam 085245954233


DANANCA DHAMMACARIYANCA,ETAM MANGGALA MUTTAMAN
BERDANA DAN MEMPRAKTIKKAN DHAMMA,ITULAH BERKAH UTAMA


Sabbe Satta Bhavantu Sukhitta

NB : mohon untuk menambahkan angka 89 pada dana utk memudahkan pengecekan.
contoh : Rp 100.089,- bagi yang sudah mentransfer mohon memberitahukan nama donator dan
jumlah dana ke 081933852866 (mohon via sms aja).nama donator akan kami update terus dan bisa dilihat di www.dhammamangala.blogspot.com
Bila ada yg sudah mentransfer dan namanya tidak ada pada daftar donator mohon untuk mengkonfirmasi ulang ke no 081933852866.